Senin, 07 Januari 2013

Lilinku Part 2 : Kenakalan di jalanku




Aku masih termenung dalam lamuan yang kini makin memudar oleh rasa ngantukku. Ingin sekali aku memejamkan mataku. Tapi berat rasanya untuk tidur. Karena aku masih menahan rasa sedih ini. Rasa sesalku. Tapi apalah bisa dibuat. penyesalan memang selalu datang diakhir. Telpon genggamku berdering. Ada sms masuk dari adik perempuanku. Ku buka berlahan apa isi dari sms itu. Ternyata 

“kak cepat pulang. ayah nyariin”
from : Ninda

Hah… mungkin ayah sudah tahu aku sudah habis mengacau di sekolah. Aku memang anak nakal. Bahkan sangat dingin dengan orang sekitarku. Tapi aku tak pernah mengusik orang. Inilah jalan yang aku tempuh. Kenakalan dalam jalanku. Jalan yang ku ambil memang berbeda dengan apa yang diambil seseorang. Bisa dikatakan tidak normal dan terkesan berandalan.K u langkahkan kakiku menuju tempat yang semestinya menjadi tempat yang paling menenangkan dan berkerabat. Tapi tempat itu kadang tidak membuatku tenang. Ya itulah rumahku. … Yah tempat itu terasa sesak bagiku. Ingin rasanya aku pergi melangkah jauh dari tempat itu. Tapi aku tak pernah bisa. Karena ibuku pernah bilang

“Nak setiap ada masalah pulanglah ke rumah. Rumah adalah tempat yang paling indah, karena ibu akan menjagamu disini”

Dan kalian tahu, sekarang aku ada masalah. Dan pastinya aku pulang ke rumah. Tapi di rumah itu tak ku temukan sososk ibu yang bisa mengasishi aku.Tak terasa sekarang aku sudah berda di depan rumah. Di depan pintu ayahku sudah menanti dengan tatapan penuh dengan amarah. Aku menunduk sangat takut melihat matanya. Ayah adalah orang yang bisa membuatku takut selain tuhan. Dan sangat takut ketika melihat matanya. 


“Lagi-lagi kamu berbuat hal itu ! Maumu tu apa sih?” kata ayahku dengan nada suara rendah. Tidak seperti raut mukanya yang tampak begitu marah.

Aku masih terdiam. Tak mampu untuk menjawab. Benar kata beliau. Memangnya mauku tu apa? Aku belum pernah memikirkan hal itu. Kujalani sesuatu apa yang aku kehendaki. Aku mengerjakan tugas apa yang diperintahkan oleh guruku. Aku ini anak nakal atau anak yang gimana? Aku mampu untuk bersaing tapi aku nakal. Dan tak pernah terlintas bagaimana aku kelak. Dan apa mauku dari tindakanku yang brutal itu. Apakah kebebasan, kekosongan hati, atau kepuasan? Entahlah akupun belum pernah tahu. Bagaimana aku dan mau apa aku?
“ Krisnan ! Masikah kau menganggapku ini ayahmu?” Kata ayahku sembari meninggalkan di depan pintu.
Belia meninggalkanku. Dan menuju ruangan terduduk di sofa. 

Ingin rasanya aku menangis mendengar kalimat itu. Tapi aku ini seorang laki-laki, tak panatas aku untuk menangis. Aku kuat. Dan dulu beliau pernah bilang padaku
“Kamu seorang laki-laki dan seorang kakak. Pantaskah kau dengan kelakuanmu ini. Dan jangan pernahlah kau menangis dengan tindakanmu itu. Kau harus tegas”
Tapi apalah daya. Nasi sudah menjadi bubur. Dan tidak mungkin aku menyalahkan orang lain atas tindakan yang aku lakukan. Karena ini adalah kenakalan dalam jalanku. Jalan yang aku ambil.  Inilah aku yang sekarang. Aku masuk ke dalam kamarku tanpa menghiraukan ayahku yang terlihat sedang merenung.
               
Lelah memang aku seperti ini. Tapi ini belum bisa ku ubah. Akankah ada yang bisa mengubahku menjadi lebih baik. entahlah? Aku tak mau untuk berpikir lagi. Waktunya merebahkan tubuhku keperaduan. Dan bermimpi tentang keindahan di alam bawah sadarku yaitu mimpiku. Berharap ada seseorang bidadari yang mau menemaniki walaupun itu hanya mimpi. Yah hanya bisa bermimpi untuk kali ini. Mungkin esok akan tercapai.

#Lilin Dalam Gelapku 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...