Aku
masih termenung dalam lamuan yang kini makin memudar oleh rasa ngantukku. Ingin
sekali aku memejamkan mataku. Tapi berat rasanya untuk tidur. Karena aku masih
menahan rasa sedih ini. Rasa sesalku. Tapi apalah bisa dibuat. penyesalan
memang selalu datang diakhir. Telpon
genggamku berdering. Ada sms masuk dari adik perempuanku. Ku buka berlahan apa
isi dari sms itu. Ternyata
“kak cepat pulang. ayah nyariin”
from : Ninda
Hah… mungkin ayah sudah tahu aku sudah habis mengacau di sekolah. Aku memang anak nakal. Bahkan sangat dingin dengan orang sekitarku. Tapi aku tak pernah mengusik orang. Inilah jalan yang aku tempuh. Kenakalan dalam jalanku. Jalan yang ku ambil memang berbeda dengan apa yang diambil seseorang. Bisa dikatakan tidak normal dan terkesan berandalan.K u langkahkan kakiku menuju tempat yang semestinya menjadi tempat yang paling menenangkan dan berkerabat. Tapi tempat itu kadang tidak membuatku tenang. Ya itulah rumahku. … Yah tempat itu terasa sesak bagiku. Ingin rasanya aku pergi melangkah jauh dari tempat itu. Tapi aku tak pernah bisa. Karena ibuku pernah bilang
“Nak setiap ada masalah pulanglah ke rumah.
Rumah adalah tempat yang paling indah, karena ibu akan menjagamu disini”
“Lagi-lagi kamu berbuat hal itu !
Maumu tu apa sih?” kata ayahku dengan nada suara rendah. Tidak seperti raut mukanya
yang tampak begitu marah.
Aku
masih terdiam. Tak mampu untuk menjawab. Benar kata beliau. Memangnya mauku tu
apa? Aku belum pernah memikirkan hal itu. Kujalani sesuatu apa yang aku
kehendaki. Aku mengerjakan tugas apa yang diperintahkan oleh guruku. Aku ini
anak nakal atau anak yang gimana? Aku mampu untuk bersaing tapi aku nakal. Dan
tak pernah terlintas bagaimana aku kelak. Dan apa mauku dari tindakanku yang
brutal itu. Apakah kebebasan, kekosongan hati, atau kepuasan? Entahlah akupun
belum pernah tahu. Bagaimana aku dan mau apa aku?
“ Krisnan ! Masikah kau
menganggapku ini ayahmu?” Kata ayahku sembari meninggalkan di depan pintu.
Belia meninggalkanku. Dan menuju
ruangan terduduk di sofa.
Ingin
rasanya aku menangis mendengar kalimat itu. Tapi aku ini seorang laki-laki, tak
panatas aku untuk menangis. Aku kuat. Dan dulu beliau pernah bilang padaku
“Kamu seorang laki-laki dan seorang kakak. Pantaskah kau dengan
kelakuanmu ini. Dan jangan pernahlah kau menangis dengan tindakanmu itu. Kau
harus tegas”
Tapi apalah daya. Nasi sudah
menjadi bubur. Dan tidak mungkin aku menyalahkan orang lain atas tindakan yang
aku lakukan. Karena ini adalah kenakalan dalam jalanku. Jalan yang aku
ambil. Inilah aku yang sekarang. Aku
masuk ke dalam kamarku tanpa menghiraukan ayahku yang terlihat sedang merenung.
Lelah
memang aku seperti ini. Tapi ini belum bisa ku ubah. Akankah ada yang bisa
mengubahku menjadi lebih baik. entahlah? Aku tak mau untuk berpikir lagi.
Waktunya merebahkan tubuhku keperaduan. Dan bermimpi tentang keindahan di alam
bawah sadarku yaitu mimpiku. Berharap ada seseorang bidadari yang mau
menemaniki walaupun itu hanya mimpi. Yah hanya bisa bermimpi untuk kali ini.
Mungkin esok akan tercapai.
#Lilin Dalam Gelapku
#Lilin Dalam Gelapku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar