Aku tak tahu lagi bagaimana
orang-orang bisa memaafkan tindakanku ini.
Aku sudah seperti orang tak dihargai dimana mereka. di tatap dengan
tatapan mata dingin. Tapi aku tak menyalahkan mereka karena itu sudah pantas
untukku.
Yah apa boleh buat inilah aku,
aku dan aku. Aku yang berkuasa terhadap diriku dan tak ada yang boleh
mengaturku. semua terserahku. Tak salah dengan tindakan semena-menaku orang
membeciku, bahkan terkadang aku berpikir orang tuaku tak menginkanku. Kadang
aku muak dengan dunia ini.
Cih. . . apa boleh buat. Ini
sudah terlanjur. Tak perlu aku menyesal atas apa yang kulakukan. Tapi sesuatu
telah mengubahku. sesuatu yang tak ku duga telah mengubahku lebih baik. Sesuatu
yang mampu membuatku lebih betah menikmati dunia ini.
Namaku Krisna Mahananda.
Seseorang anak laki-laki yang berkelakuan yang tak pantas untuk ditiru. Yah
anak kelas 1 SMK tapi bertindak seperti preman bukan layaknya seorang pelajar.
“Brakk…” suara pintu yang dibuka
denga paksa mampu mengejutkann seisi ruangan. Segerombolan pria berderi dengan
tampang tak bersahabat. seorang diantara berteriak memanggil sebuah nama.
“Krisna !!! Siapa anak di kelas
ini bernama Krisna?” kata seorang pria
dalam kelompok tersebut.
Aku yang saat itu sedang
menikmati mentari dipojok kelas tempat biasa aku diam. Hanya meliriknya dengan
tatapan tak berekspresi.
“Untuk apa kau mencariku? Apa ada
yang ingin ku kirim ke rumah sakit?” kataku sedikit sombong sambil turun dari
meja.
“ aku datang untuk membalas
kelakukanmu terhadap adikku.!!” teriak pria yang menobrak pintu
“Cih…si anak manja hanya berani
mengadu. Besar dimulut tapi kecil ditindakan. Apa orajng yang seperti itu yang
kau bela?” kataku sambil berjalan mendekati orang tersebut
“ Kau!!..” tanpa pikir panjang orang tersebut
langsung menghajar mukaku.
Waw…sakit..bahkan sangat sakit.
Tapi ini sudah biasa bagiku. Sedikit darah mengalir dari luka dimulutku.
“ Hanya segitu pukulanmu? Apa tak
ada yang lebih terasa digigit semut. Heh…” kataku sambil membersihkan lukaku.
sedangkan siswa siwi yang lain hanya terlihat berdiam diri bercampur ketakutan.
Tanpa pikir panjang, aku pukul
orang tersebut. Satu, dua, tiga, bahkan empat pukulan aku daratkan di bagian
mukanya yang terlihat lebih menarik dariku. Dan sekarang aku mapi mengubahnya
menjadi lebih buruk dari. dia tersungkur sedangkan teman-temannya terlihat
tidak menerima dengan apa yang kulakukan. Dan apa yang terjadi ? Mereka semua
mengeroyoku. Menghujaniku dengan hantaman meraka. Tapi ketegangan itu
terhentikan, seseorang telah memanggil grur. Dan aku berakhir di ruang BK.
Tempat yang biasa aku kunjungi atas tindakanku.
“ Kau lagi. Kau tahu buku ini
penuh karena diisi namamu” seorang guru menyerahkan buku daftar siswa yang
melanggar.
Dan itu memaang benar. Baru 4
bulan aku bersekolah tapi namaku sudah menghiasi daftar list siswa yang sering
bermasah. Dan sudah berpuluh-puluh surat datang kerumahku.
Kali ini aku menambah surat
pemanggilan orang tua. Bukan karena aku berprestasi tapi karena tindakanku yang
diluar batas. Tapi hal itu tak pernah kusesali atau aku permasalahkan. aku
tidak peduli dan tak mau peduli. Biarkan yang gelap tetap gelam. Hitam sudah
menjadi warna hidupku setelah ibuku meninggalkanku.
Yah. . . ibukku sudah meninggal
sejak aku masih duduk di kelas 5 SD. Ibuku meninggal karena berusaha menolongku
yang hamper ditabrak truk. Alhasil malah ibuku yang tertabark dan meninggal
ditempat. Dan sekarang aku tinggal dengan ayahku, nenek dan kedua adik
kembarku. Sosok ayah yang begitu dingin dan kasar kepadaku. Pantas ayahku marah
karena penyebab kematian ibu adalah aku.
Malas aku pulang. Malas melihat
tatapan dingin orang rumah. Apalahgi hari ini ada pertemuan keluarga besar
dirumahku. Makin banyak tatapan yang tak menganggapku. Sepulang sekolah seperti
biasa aku berdiam di bukit dekat sekolah tempat yang paling indah bagiku
menghabiskan waktuku bersama ibuku dulu. Bukit itu indah karena dari situ aku
bisa menikmati ciptaan tuhan. Matahari terbit dan tenggelam. Entah kenapa aku
paling senang melihat mentari saat terbit dan terbenam. senang karena aku
seperti melihat sosok ibuku. Aku biasa merenung. Dan mengingat masa laluku yang
hitam. Suka berkelahi, mencari gara-gara, bodoh dan keburukun lainya. Hanya
ibuku yang bisa menenangkanku. Hanya ibu yang sabar mengajariku. Setelah ibu
pergi semuanya jadi tak terkontrol aku yang sudah anakl makin bertambah nakl.
Dan tak pernah ada yang mempedulikanku. Ayahku tak terlalu bisa. Kekerasan yang
dia beri padaku. Bahkan aku sudah biasa dipukul disiram bahkan pernah dikurung.
Katika melihat mentari. Aku
merasa tenang dan ku rasa ibu berada disampingku. Sering kali aku menyesal.
“Ibu kenapa kau cepat pergi
meninggalkan aku. Maafkan aku bu. aku tak pernah menjadi seperti anak yang kau
inginkan. Aku tak pernah menjadi seorang Krisna yang ibu harapkan. aku tidak
bisa seperti krisna dalam tokoh dongeng itu. “ tanpa terasa air mtaku mengalir
membasahi pipiki. Dan itu terasa perih karena bengkak dipipiku.
Aku memang sudah terjatuh dalam
jurang kegelapan. Ketika kecil aku masih ingin bermimpi ingin seperti namaku
“Krisna orang yang paling bahagia”. Kata ibuku Krisna Mahananda berarti Krisna
Anak yang paling bahagia. Itu dulu saat ibu masih ada, tapi sekarang impian itu
urung kuraih. aku hanya bertindak sesuka hatiku. Dan kadang siapa yang mengusik
tak segan-segan aku membuatnya lebih terusik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar