Memang terasa sedikit bodoh.
Bukannya habis pulang sekolah langsung mencari Aika ke rumahnya malah pergi
keluyuran. pergi ke tempat biasa aku temui setiap pulang sekolah. Untuk apa aku
ke tempat seperti itu? Selain itu memang hobiku, aku ingin mencari ketenangan
sebuah jawanban untuk menenangkan hatiku.
Satuhal yang tidak aku senangi
yang mungkin terjadi padaku adalah aku tidak ingin membuat seorang gadis
menangis di depan mataku. Sangt-sangat tidak ingin apalagi gadis tersebut
memiliki rasa sayang terhadap kita. Bagaimanapun caranya aku tak boleh buat dia
menangis dan paling yang tidak kusukai adalah dia tak boleh menangis karena
aku. Karena ketika dia menangis karena aku. Saat itulah aku merasa gagal
menjadi seorang pelindung dan penjaga baginya walaupun dilihat dari umur dia
mungkin lebih tua. Aku tetap tak ingin. Tanggung jawab seorang alki-laki lebih
besar daripada seorang perempuan.
Karena ketika seorang perempuan
tidak bisa melakukan sesuatu saat itulah seorang laki-laki mau tidak mau harus
bisa melakukannya. sungguh susah juga menjadi seorang laki-laki yang
benar-benar mengayomi.
Aku tak punya teman curhan.
Mencurahkan semua yang menganjal hatiku. andai Ibu masih ada di sini mungkin
aku bercerita tentang ap yang aku alami barusan. Bercerita tentang sesuatu yang
mengganggu hatiku dan mengganggu kerja otakku. Sesuatu yang hebat yang hebat,
abhkan sangat hebat sangat sangat mengganggu. Manakah yang harus aku turuti
perasaanku atau pikiranku.
Sekian detik, sekian menit,
sekian jam dan untungnya bukan sekian hari. Aku memikirkan apa saja yang telah
Aika perbuat sehingga membuatku seperti ini. Seperti orang yang kehilangan arah
mau kemana. Oh Aika kau kemanakan aku ini? Apa yang sebenarnya kau mau dari
diriku ini. Sebenarnya apa yang akau lihat dari diriku ini?
Mengingat tangisannya itu
membuatku sangat merasa bersalah. Terasa sesak di dada ini. Mengambil napas dan
enghembuskannya dengan hembusan kosong terasa ada beban yang mengganjal. Apa yang harus aku lakukan?
Haruskah aku menemuinya sekarang?
Ahhh…… aku terlalu banyak
berpikir tanpa mau melakukan apa apa. Banyak berpikir tanpa melakukan apa yang
semstinya aku lakukan. Ap yang semstinya aku lakukan? Ya, Aku harus menemui
Aika sekarang, menemuinya sekarang. Itu yang harus aku lakukan.
Tangisan itu, memang tak bisa
hiLang dari ingatanku, aku berlalu mempercepat langkahku agar secepatnya aku
sampai di rumah Aika. Entah nantinya dia mau memaafkanku atau tidak. Aku ingin
bertemu dia sekarang. Ahhhh Kenapa aku merasa bersalah?
Sampailah aku, ditempat yang aku
tuju, rumah Aika. Kediamannya sepi, apakah Aika ada? Tanyaku dalam hati?
Seseorang membukakan pintu. Dan siapakah itu? Seorang perempuan paruh bayu yang
tidak aku kenal. Tapi dia mirip dengan Aika. Apakah itu Ibunya Aika?
“Maaf mencari siapa ya? “ Tanya
ibu itu dengan sopan
“Maaf bu, Aikanya ada? “
“Adik siapa ya?”
“Saya teman sekolahnya Aika, saya
Krisnan bu. “
“Ohh Krisnan, iya Aika ada, mari
silakan masuk”
Rumah Aika begitu tenang, sangat
sejuk, entah perasaan apa ini. Aku merasa nyaman berada di rumah Aika. Padahal
aku pertama kali masuk ke rumah Aika. Dulu waktu kecil, aku pernah kemari
bersama Ibu, itupun aku hanya mengantar sampai pintu pagar rumah.
“ Ka, ada yang nyariin kamu “
panggil Ibu Aika
Menunggu datangnya Aika menemuiku,
apakah dia akan mau menemuiku? Entahlah……..
“dooorrrr…… ngelamun aja” Tiba
tiba Aika membuatku kaget
“Ka, kamu gak apa apakan ka? Kamu
gak marah kan sama aku ka? Ka.. ka? “
“Aduh, kamu bicara pa sih kris,
yuk temenin aku ke pasar. “
“Ahhh….ke pasar? Tapi aku….”
“ya sudah, nanti kita ngobrol
sambil jalan” pinta Aika dengan senyum manisnya
Tak sedikitpun aku melihat
kesedihan di raut wajah Aika. Aku juga tidak dapat melihat kekecewaan di
wajahnya. Apakah itu benar dia yang asli? Atau hanya dia menyembunyikan
perasaannya yang sebenarnya dibalik senyum manisnya itu. Aku tidak bisa
menebakknya. Dan mungkin tidak harus ditebak. Aku harus merasakan apa yangt dia
rasakan. Dan jika itupun aku bisa melakukannya. Apa yang akan terjadi dalam
perjalanan kita? Hah.. hentah lah… mungkin aku tidak akan menebaknya. Aku
jalani saja apa yang akan terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar