Selasa, 19 Maret 2013

Lilinku Part 8 : Senjata Seorang Perempuan



Memang terasa sedikit bodoh. Bukannya habis pulang sekolah langsung mencari Aika ke rumahnya malah pergi keluyuran. pergi ke tempat biasa aku temui setiap pulang sekolah. Untuk apa aku ke tempat seperti itu? Selain itu memang hobiku, aku ingin mencari ketenangan sebuah jawanban untuk menenangkan hatiku.

Satuhal yang tidak aku senangi yang mungkin terjadi padaku adalah aku tidak ingin membuat seorang gadis menangis di depan mataku. Sangt-sangat tidak ingin apalagi gadis tersebut memiliki rasa sayang terhadap kita. Bagaimanapun caranya aku tak boleh buat dia menangis dan paling yang tidak kusukai adalah dia tak boleh menangis karena aku. Karena ketika dia menangis karena aku. Saat itulah aku merasa gagal menjadi seorang pelindung dan penjaga baginya walaupun dilihat dari umur dia mungkin lebih tua. Aku tetap tak ingin. Tanggung jawab seorang alki-laki lebih besar daripada seorang perempuan. 

Karena ketika seorang perempuan tidak bisa melakukan sesuatu saat itulah seorang laki-laki mau tidak mau harus bisa melakukannya. sungguh susah juga menjadi seorang laki-laki yang benar-benar mengayomi.
Aku tak punya teman curhan. Mencurahkan semua yang menganjal hatiku. andai Ibu masih ada di sini mungkin aku bercerita tentang ap yang aku alami barusan. Bercerita tentang sesuatu yang mengganggu hatiku dan mengganggu kerja otakku. Sesuatu yang hebat yang hebat, abhkan sangat hebat sangat sangat mengganggu. Manakah yang harus aku turuti perasaanku atau pikiranku. 

Sekian detik, sekian menit, sekian jam dan untungnya bukan sekian hari. Aku memikirkan apa saja yang telah Aika perbuat sehingga membuatku seperti ini. Seperti orang yang kehilangan arah mau kemana. Oh Aika kau kemanakan aku ini? Apa yang sebenarnya kau mau dari diriku ini. Sebenarnya apa yang akau lihat dari diriku ini?

Mengingat tangisannya itu membuatku sangat merasa bersalah. Terasa sesak di dada ini. Mengambil napas dan enghembuskannya dengan hembusan kosong terasa ada beban  yang mengganjal. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menemuinya sekarang?

Ahhh…… aku terlalu banyak berpikir tanpa mau melakukan apa apa. Banyak berpikir tanpa melakukan apa yang semstinya aku lakukan. Ap yang semstinya aku lakukan? Ya, Aku harus menemui Aika sekarang, menemuinya sekarang. Itu yang harus aku lakukan. 

Tangisan itu, memang tak bisa hiLang dari ingatanku, aku berlalu mempercepat langkahku agar secepatnya aku sampai di rumah Aika. Entah nantinya dia mau memaafkanku atau tidak. Aku ingin bertemu dia sekarang. Ahhhh Kenapa aku merasa bersalah?

Sampailah aku, ditempat yang aku tuju, rumah Aika. Kediamannya sepi, apakah Aika ada? Tanyaku dalam hati? Seseorang membukakan pintu. Dan siapakah itu? Seorang perempuan paruh bayu yang tidak aku kenal. Tapi dia mirip dengan Aika. Apakah itu Ibunya Aika?

“Maaf mencari siapa ya? “ Tanya ibu itu dengan sopan
“Maaf bu, Aikanya ada? “
“Adik siapa ya?”
“Saya teman sekolahnya Aika, saya Krisnan bu. “
“Ohh Krisnan, iya Aika ada, mari silakan masuk”

Rumah Aika begitu tenang, sangat sejuk, entah perasaan apa ini. Aku merasa nyaman berada di rumah Aika. Padahal aku pertama kali masuk ke rumah Aika. Dulu waktu kecil, aku pernah kemari bersama Ibu, itupun aku hanya mengantar sampai pintu pagar rumah. 

“ Ka, ada yang nyariin kamu “ panggil  Ibu Aika
Menunggu datangnya Aika menemuiku, apakah dia akan mau menemuiku? Entahlah……..
“dooorrrr…… ngelamun aja” Tiba tiba Aika membuatku kaget
“Ka, kamu gak apa apakan ka? Kamu gak marah kan sama aku ka? Ka.. ka? “
“Aduh, kamu bicara pa sih kris, yuk temenin aku ke pasar. “
“Ahhh….ke pasar? Tapi aku….”
“ya sudah, nanti kita ngobrol sambil jalan” pinta Aika dengan senyum manisnya

Tak sedikitpun aku melihat kesedihan di raut wajah Aika. Aku juga tidak dapat melihat kekecewaan di wajahnya. Apakah itu benar dia yang asli? Atau hanya dia menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya dibalik senyum manisnya itu. Aku tidak bisa menebakknya. Dan mungkin tidak harus ditebak. Aku harus merasakan apa yangt dia rasakan. Dan jika itupun aku bisa melakukannya. Apa yang akan terjadi dalam perjalanan kita? Hah.. hentah lah… mungkin aku tidak akan menebaknya. Aku jalani saja apa yang akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...