Rabu, 23 Januari 2013

Lilinku Part 5 : Sesuatu Yang Ku Rindu



Hari minggu, hari melepas lelahh setelah selamat 6 hari terenggut oleh tugas yang kadang membebani. Badanku terasa lemas terbangun dari tempat tidur. Sepertinya kondisiku kurang baik. Selepas pulang dari bukit. Aku kehujanan. Basah kuyup jadinya masuk angin dan ternyata dampak buruknya ada pada pagi ini. Badanku panas, lemes,.. Oh tidak..

Mengingat-ingat apa yang aku impikan saat aku tertidur. Ternyata Aika datang ke mimpiku. Haisss ada apa ini? Pertama kalinya dia bermain di dalam mipiku. Hah…sudahlah mungkin saat dia bilang dia suka padaku itu hanya mimpi. 

Hari minggu yang cerah ini, waktuku untuk santai. Tapi  dengan kondisiku yang seperti ini aku gak bakal dikasi keluar oleh bibiku. Tapi aku sangat ingin keluar. Tapi ini sangat aneh? Kenapa rumah terasa sepi?
Seseorang masuk ke kamarku. Dia adik laki-lakiku.

“Sudah bangun? Gimana masih panas?” Tanya adikku.
Adik laki-lakiku itu bernama Nanda. Dia masih kelas 3 SMP sama seperti Ninda kembarannya.
“Mendingan, tapi kepala terasa sedikit berat. Oh oya kenapa rumah sepi? Pada kemana?”
“Ayah kerumah Nenek bersama Ninda sedangkan bibi katanya dia ada urusan bersama temannya. Nah gue disuruh jaga lo. “

Kadang kala aku tidak pernah memperhatikan adik-adikku. Aku tak pernah bersikap layaknya seorang kakak. Apalagi dengan adik laki-lakiku. Yah dia tak pernah memanggilku dengan sebutan kakak. Apalagi kalau sudah bertengkar dengan dia. Kami begitu keras kepala, ingin memepertahankan pendapat masing-masing. kadang aku sering kesal juga karena ulahnya. 

Sedangkan Ninda. Aku paling tak ingin melihat dia menangis dan menangis di depannya. Aku tak ingin terlihat sedih di depannya. Aku memang agak cuek dengan seisi rumah. Tapi di depan Ninda aku berusaha untuk tidak bersikap dingin. berusaha menjadi sosok yang hangat bagi Ninda. Dan kadang kala dia selalu berhasil membuat hati yang keras ini menjadi luluh. Kenapa aku tiba-tiba merindukan adik perempuanku?
Nanda dan Ninda bagiku berbeda walaupun mereka kembar. Tapi dari yang ku lihat satu kesamaan  dari mereka sering kali membuatku kesal. Tapi bedanya, kalau ke Nanda aku lebih sering marah, tapi ke Ninda aku sering menahan kemarahan itu.

Dan hari ini cukup aneh, kenapa Nanda mau diam di rumah bersamaku? Dia paling enggan kalau bersamaku. 

“Kenapa mau? Biasanya kan paling anti, kalau cuman berdua?” tanyaku dengan nada menggoda
“Heh…mumpung hari libur. Gue pingin ngajakin lo keluar.!“
“Apa?  Tumben amat lo ngajakan gue keluar. Kesambet apa?”
“Lo kan jarang-jarang di rumah. Liburan kluyuran entah kemana. Mumpung lo ada di sini. Ya gue kepingin ajak lo keluar.”

Seingatku memang iya. Aku memang jarang diam di rumah. Apalagi mengobrol banyak dengan adik-adikku. Pulang sekolah, keluyuran entah kemana. Liburan, kalau gak mengurung diri dari keramain. Diam di bukit seharian ampe malem. 

“Tapi gue lagi sakit ! “
“Sejak kapan lo jadi manja kayak gini? Heh..cuman hujan, lo sampe kayak gini. “
“Hujan kan datangnya keroyokan. Makanya gue sakit.” sempet-sempet juga aku ngelawak
“Ya sudah kalau lo gak mau ! “ dia terlihat mengambek
“Siapa juga yang bilang gak mau. Yah yah..kasian juga adik gue ngambek. Oke deh. “

Apa ini perasaan seorang kakak. Aku merasa ada yang berbeda dengan adikku Nanda. Dia tidak seperti biasanya. Dan itu benar. Kali ini dugaanku tidak salah. Ternyata dia sedang jatuh cinta. Sambil berjalan menuju pantai. Dia menceritakan itu.

“Apa? lo suka dengan cewek?” tanyaku
“Iya…wajarkan?” kata Nanda dengan raut wajah malu-malu.
“Ya wajarlah, yang gak wajarnya itu lo suka sama cowok. Ya jadinya lo homo”
“Bisa serius gak? “
“Sory. . .sama siapa? Temen kelas lo?”
“Iyah…dia cantik. Yah entahlah gue begitu takut deket dengan dia.”
“Kenapa?”
“Dia begitu wahh. Sedangkan gue kayak gak ada apa-apanya di depan mata dia. Tapi gue suka dengan dia. Gimana dong”
“Tapi itu bukan berarti lo harus nyerah kan? Dan itu baru asumsi lo. Kemungkinan saja dia suka sama elo. “
“Ah? Gak mungkin dia suka sama gue. Emang apa yang dia lihat dari gue dan kenapa lo yakin banget kalu dia suka sama gue? ”
“Karena lo adik laki-laki gue. Dan lo bisa lebih baik dari gue. Dan lo berhak dapat yang terbaik. Dan dengan sedikit usaha lo pasti bisa dapetin dia. Lo gak mungkin cepet nyerah. Lo bisa lebih yakin dari pada gue . “
“Iya juga yah… ha ha ha..Gue lebih hebat daripada elo. Oke deh kak. Gue akan berusaha !”
Eh…apa yang dia katakan tadi? Dia manggil aku kakak.  Aku senang mendengar itu.
“Kak gue kangen sama ibu. Kangen banget. “ kata Nanda
“Gue juga. Pingin banget tidur dipangkuannya. Kangen saat rambut gue dielus.”

Dan apa yang terjadi setelah itu? Tanpa ragu-ragu adikku menyandarkan kepalanya di pangkuanku. Ya tuhan seingatku sudah lama sekali aku tidak seperti ini dengan adikku. Aku kakak yang dingin yang tak pernah tahu apa yang dipikirkan adikku. Aku kakak yang cuek yang tak pernah memperhatikan adikku. Terutama bagi si Nanda. Tapi kali ini, aku merasa benar-benar seperti seorang kakak. Aku berusaha hangat bagi Nanda yang sedang merindukan Ibu yang telah lama pergi. 

Mungkin yang nanda butuhkan saat ini adalah teman curhat. Bisakah aku menjadi tempat curhatnya dia? Hanya waktu yang akan menjawab itu. Aku adalah aku. Mungkin saat detik ini aku bisa jadi kakak yang hangat bagi adikku, tapi tak tahu nanti. Tapi jujur aku sangat merindukan momen ini. Momen bersama adik laki-lakiku

#Lilin Dalam gelapku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...