Mentari kembali menyinari dunia
ini. Dunia yang semakin penuh dan sesak yang ku rasa. Waktunya kembali ke
kegiatan belajar. Banyak kejutan yang aku alami di minggu kemarin. apakah di
minggu ini akan ada kejutan juga. Entahlah. itu masih rahasia tuhan. Tas
gendong, seragam sekolah, sepatu hitam. Aku siap untuk berangkat.
Dalam perjalanan menuju sekolah,
sempat aku berpikir tentang Aika. Apakah yang akan terjadi? Ah… kenapa pikiran
ini hanya ada namanya sih? Bukan karena aku suka dia. Tapi aku bingung. Jelas
saja bingung. kenapa gadis seperti Aika bisa menyukai seorang laki-laki seperti
aku? Ya sudahlah, untuk apa membebani pikiranku dengan hal yang seperti itu.
Membuatku pusing dan mungkin bisa membuatku ngelamun seharian.
Setengah hari sudah aku lalui,
dengan waktu-waktu yang agak sedikit membosankan di ruangan kelas. Dan waktunya
aku pulang. Kegiatan seperti biasa. Keluyuran sebentar, lalu ke bukit, terus
pulang. Tapi untuk kali ini aku urung melakukan hal itu. Sehabis sekolah aku
pulang. Entah kenapa aku tiba-tiba rindu dengan rumahku. Hah apa karena
kejadian kemarin? Entahlah. Ku rebahkan diriku yang sudah agak lelah ini. Ku
tatap langit-langit kamar. Terbaynglah wajah Aika dengan senyumannya yang manis
itu. menghiasi langit-langit kamarku.
Tadi pagi aku melihatnya cukup
berbeda dari biasanya. Dia terlihat semakin bebas tanpa beban. Entahlah ini
mungkin hanya pikiranku saja. Sempat kami bertatapan barang sebentar. Oh
tatapannya itu membuatku terhipnotis. Terasa ada magnet yang menarikku untuk
mendekat dengannya. Seakan dia memanggilku dengan tatapannnya Tapi otak ini masih bisa mengalahkan
perasaanku. aku masih bisa mengelak akan panggilan dari tatapannya itu. Tapi
satu hal yang tak bisa dipungkiri, aku tak henti-hentinya memikirkan dia. Dia
yang memenuhi pikiranku saat ini. Tapi bagaimanakan perasaan ini
menterjemahkannya? Masih tak ada respon apapun.
Lelah rasanya aku memikirkan hal
itu. Hal yang mungkin bagiku itu telah mengganggu proses kerja otakku. Dan
mataku sudah tak kuat menahan rasa kantukku. Dan akupun terlena akan alam
mimpi. Aku terpejam menjelajahi dunia fantasi di alam mimpi yang entah kapan
akan berhenti.
Terlena dengan dunia mimpi sekian
detik, sekian menit, dan sekian jam. Hampir 1 jam aku tertidur. Ketika mata ini
mulai terbuka dari pintu mimpi. Rumah telah sepi. Terasa membosankan, sendirian
di rumah ini. Ayah, sibuk dengan dengan kegiatannya begitupun dengan bibiku.
Hanya aku yang tak ada kerjaan untuk hari ini. Apa yang akan aku lakukan
setelah ini? Pertanyaan pertama yang muncul dibenakku. Ingin kuluangkan waktu
untuk adik-adikku. Tapi sepertinya mereka sedang ada kegiatan tersendiri.
Menoleh ke tempat jaketku
digantung, dan kuputuskan untuk ke bukit. Menikmati langit sore. Kegiatan yang
rutinaku lakukan. Terpikirkan sesuatu selama menuju bukit terseut. apakah
nantinya aku bisa berjumpa dengan Aika di tempat itu lagi? Apakah akan terjadi
sebuah kejutan jika nantinya aku bertemu dengan dia? Angan-anganku mulai
menjauh kesana kemari. Jangan terlalu dipikirkan. Dan aku pun tak terlalu mau
memikirkannya.
Sekian menit menempuh jalan
setapak menuju bukit. Dan sekarang aku berada di tempat yang aku tuju. Langit
sore yang biasa menemani diriku dalam kesenderianku. Desiran angin seperti
menggodaku untuk kembali merajut kisah dalam alam bawah sadarku. Ku rebahkan
tubuhku di rumput dan ku tatap langit dengan gumpalan awannya yang entah itu
berbentuk dengan bentuk yang kurang aku ketahui. Pintu mimpi hampir terbuka dan
ketika aku mulai terbuai terdengarlah suara seorang perempuan. Oh. . . .si
Aika. Sempat terkejut dengan panggilannya dan menutup gerbang mimpiku dan aku
tak jadi terbuai mimpiku.
“ Kita bertemu lagi Krisnan” kata
Aika dengan senyumannya yang ka situ
“Eh…Aika ! Tak ku sangka kita bertemu
lagi ditempat ini. “ aku sedikit gemetaran
“Kok kamu grogi begitu. Ada yang
salahkah?”
Ada apa denganku? Kenapa aku jadi
kaku dan gemetaran dengan gadis yang ada didepanku ini? Perasaan apa ini? Aku
bertanya-tanya dalam hati. Tapi hatiku tak kunjung menjawab. Dan saat itu Aika
tersenyum denganku. Dan itu membuatku semakin gak karuan. aku malu. Malu
memperlihatkan perasaanku terhadapnya.
“Kamu grogi yah ada aku?” Aika
tersenyum
“Eh enggak kok. Siapa juga yang
grogi gara-gara ada kamu” aku mengelak
“Itu kenapa? Pipinya kok merah !
“
Apa?
Pipiki merah ! Aku terkejut ketika dia bilang seperti itu. Aku tak tahu mau
jawab apa. Ingin ku bentak perasaanku. Jangan buat aku kaku seperti ini
dihadapan Aika. BUatlah normal seperti aku dengan orang lain. Hei … otak tolong
bantu aku. Netralkan ini.
“ Oh ya Kris. Pernyataanku yang
bialng aku suka sama kamu itu beneran loh. Aku gak bohong. Kau tahu seneng
banget setelah ngungkapin rasa itu ke kamu. Lelaki pujaanku. Rasanya pembatas
yang sempat membatasiku hilang. “ Aika tersenyum sambil melihat ke arahku.
“ Ah? pembatas yang membatasimu
hilang?” hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku
“ Hemmm aku kan sudah lama
memendam itu. seneng deh akhirnya aku berani mengungkapkannya. Mengungkapkan ini lebih sulit daripada
pelajaran yang diterima di sekolah“
Ketika ku mendengar itu. Kami
terdiam beberapa menit. Suara desiran angin seperti alunan, dan langit sore
yang merekamnya. Dan terucaplah sebuah kalimat dari Aika.
“ Krisnan, Jadilah kau
pendampingku. Jadilah kau kekasih hatiku ! “
Otakku membeku. Perasaanku campur aduk. Menjadi pendamping Aika. Aku tak
bisa berpikir. Kata-katanya itu membuatnya semuanya terasa terhenti. Satu
detik, dua detik, satu menit. Gelagat tawa Aika membuatku terkejut dengan
lamuanku yang disebabkan atas kata-katanya.
“ Hi hi kamu lucu yah ketika
bingung kayak gitu. “ kata Aika sambil mengacak rambutku.
Aika, Aika,, Aika, dan Aika. Oh
tidak pikiranku tak bisa bekerja. Perasaanku sepertinya juga bingung mau
ngapain. Aku malu? Ku akui iya. aku senang dengan apa yang diminta Aika? Dan
sepertinya iya. Hatiku men cek lis. Dan lebih dari 50 % itu berkata aku senang
dengan dia. Kalimat yang dia lontarkan barusan, indah bagiku. Iya
Aku senang. Tapi aku tak tahu apa yang ingin aku lakukan. Apakah aku menerima?
aku tak tahu. Ahh….. Aku bingung. Gak percaya. Dan itu gak mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar