Berawal dari sebuah pesan dan keinginan dari masing masing orang yang ikut jalan. Adik saya yang ingin melihat batu dan saya yang ingin merendam kaki di air, karena keinginan tersebut maka berangkatlah kita pukul jam 1 siang dari denpasar ke Batur Bangli. Iya jauh jauh ke bangli untuk melihat batu dan main air, sama seperti dulu bersama kakak saya yang ingin makan bakso di Bedugul, kali ini juga seperti itu.
Sempat bingung, harus dimulai dari mana. Ya sudah kita menuju ke pura ulundanu batur karena seingat saya danau batur dekat sana (ya iya lah...) diisi dengan lupa jalan tapi akhirnya ketemu, tempat rindang dengan suara burung berkicau hari yang tidak terlalu terik. Sejauh mata memandang terlihat orang sedang asyik memancing di dekat danau, dan 2 orang anak yang sedang mendayung sampan.
Tempat ini sangat sejuk, dipandang mata juga menarik. Warna bukit yang hijau, air danau yang biru, bangunan kecil dan pohon yang tumbuh di tepi danau. Angin semilir dengan puas menghirupnya berkali kali. Yang saya pikirkan ketika pertama kali melihat tempat ini adalah "sepertinya bagus dipakai tempat foto prewedding, yang perempuan memakai dress putih panjang sedangkan si laki laki memakai jas hitam dan celana hitam lengkat dengan dasinya" Duduk sambil menikmati air yang menyentuk kaki saya, segerrr....
Masih di tempat yang sama, terlihat seorang bapak sedang asyik memancing, sebenarnya masih ada 5 orang lainnya lagi. Bapak itu setia menunggu sambil sesekali menghisap puntung rokok. Sampai saat ini saya tidak mengerti apa asyiknya memancing, menunggu, jongkok lama lama, bagus kalau dapat. Ah sudahlah hal yang sama pernah saya tanyakan ke kakak saya yang sepertinya hobi memancing, "sensasinya itu sama seperti kamu mendapat momen yang menarik saat kamu membidik sebuah objek" begitu katanya, kalau memang seperti itu, tentu saja terlihat menarik. Yah semua orang punya caranya masing masing menikmati cara mereka sendiri.
Dua anak yang sedang bersuka cita mendayung sampan kecilnya, sambil bernyanyi sekuat tenaga mengayuh untuk sampai ketempat tujuan, saya tidak mengerti apa yang mereka nyanyikan, melihat mereka bersemangat tanpa mengeluh, ah momen yang bagus bukan.
Lanjutkan kembali untuk melihat daratan yang dipenuhi batu, begitu antik menghiasi jalan menuju gunung batur, terlihat beberapa kelompok memanfaatkan tempat ini utnuk mengadakan prewedding, sang oengantin yang sudah bersiap dan fotografer yang mencari view yang menarik sambil mengejar matahari.
Bunga diantara semak belukar, dia yang berdiri sendiri dan menarik perhatian tumbuh di atas tempat yang sama. Saya tidak tahu ini namanya bunga apa, karena dia bunga jadinya dia dibidik oleh kamera. Sebut saja bunga di tepi jalan. Lagunya sheila on 7 berkumandang.
Selanjutnya menimang akan mau kemana, jalan saja dan tidak mungkin juga memanjat gunung batur, ah belum ada persiapan. Sebuah tempat disebut dari kata kata adikku "ah trunyan, katanya bisa lewat darat" ya sudah mari kita kumpulkan informasi bertanya ke orang sekitar. Bertanya sampai kami berbalik arah untuk menuju ke tempat selanjutnya "trunyan".
Menelusuri jalan raya dan menikmati pemandangan danau yang biru, berhenti di sebuah dermaga untuk mencari kamar kecil, ya mungkin sudah waktunya. Terlihat sepi saat itu, hanya ada beberapa anak yang bermain sepak bola dan 3 orang penjual aksesoris. Tidak terlihat pengunjung, yah mungkin kitalah dua orang pengunjung.
Berjalan lagi untuk mencari informasi, dan kita tidak tahu lagi, google map pun mati. Ah mari berhenti sebentar sambil makan bakso.
Bertemu dengan ibu ibu penjual bakso yang awalnya kami kira seorang laki laki, malu sekali salah tebak. Beli bakso dengan modus menanyakan alamat. Ditemani seorang ibu yang setia menunggu suami berternak ikan dan anaknya yang belum mau diajak pulang karena masih asyik bermain air. Mengobrol banyak sampai menghabiskan dua porsi bakso (doyan dan lapar sepertinya)
Mulai dari si ibu yang memberi tahu cara mengupas jeruk yang benar agar tidak pahit, jeruk sempat kami beli dengan harga yang murah 4000/kg. Jeruknya sangat enak, saya memilih yang masam dan benar dapat yang masam dan menyegarkan pula. Kata si ibu sekarang petani jeruk sedang merugi maka dari itu dijual murah, belum ada pembeli besar yang mau beli. Ah padahal jeruknya rasanya sesuai, minta yang manis dikasi yang manis sama si empunya, minta yang masam dikasi yang masam. Enak pokoknya, kalah jeruk impor.
Si ibu bercerita tentang tempat yang saya foto, ternyata disini tempat pemandian umum menjelang sore banyak yang mandi disini dari tua ke yang muda, ya kebetulan saat mengambil foto ada seorang ibu dan seorang nenek mandi, mereka tidak malu sama sekali.
Sampai kami bertanya ke tempat tujuan kami selanjutnya, bisa lewat darat tapi tetap saja nati harus menyebrang laut, yah lebih baik lewat dermaga supaya lebih murah dan juga aman. Untuk dapat harga yang murah ajaklah orang yang banyak karena tidak mungkin hanya mengangkut satu atau dua penumpang, datang saat hari raya atau hari libur, maka dermaga akan ramai dengan pengunjung yang ingin ke trunyan. Wah selarang mungkin belum jodoh untuk kesana. Selain itu hasil obrolon mendapat sebuah pengetahuan baru kalau seorang perempuan asli sana tidak boleh berkunjung ke kuburan di trunyan nanti ada petaka hanya yang diijinkan adalah laki laki. Pernah kejadian seorang ibu yang nekat untuk ikut, sampai akhirnya bencana perahu mereka tenggelam penumpangnya tidak selamat kecuali si ibu tersebut. Sempat kecewa dan bergidik, awalnya kami kira semua perempuan tapi hanya perempuan lokal saja kalau orang luar tentu saja bisa. Ah lega rasanya...
Sesudah menyelesaikan kami diajak berkunjung ke kedisan bangli oleh si ibu yang menjual bakso, kami menolak karena sudah sore. Tapi kami tidak menolak ketika ditunjukkan sebuah tempat untuk foto yang bagus. Oke jadi kami lanjut kesana untuk melihat.
Jadi kebiasaan ngereem mendadak ketika sedang menaiki sepeda tiba tiba menemukan obyek yang menarik, rem lalu dokrang sepeda berlari ketempat tujuan. Pohon teduh, sepasang perahu dan deru mesin. Warna hijau pohon yang cantik, sinar matahari sore, air danau yang memberi dan dengan indahnya terparkir dua perahu kayu tanpa tuannya. Yang saya pikirkan pertama kali masih sama seperti di awal tadi "tempat yang bagus untuk foto prewedding" ho ho ho bisa jadi rekomendasi bagi kalian yang ingin mengadakan foto prewedding atau yang lainnya.
Tempat terakhir sebelum kembali pulang, ini adalah bekas restoran apung. Matahari tenggelam bisa terlihat cantik dari sini. Saya jadi bertanya, bagaimana pengunjungnya bisa ketempat itu? Padahal tidak ada jembatan, ah mungkin sudah di rusak namanya juga bekas restoran, tidak terurus lagi.
Yah perjalanan di sekitar danau yang menarik, dengan segala keindahan dan keunikannya, mungkin suatu saat kalian para pengunjung blogku yang tercinta bisa melakukannya he he. Ini belum semuanya kami kelilingi, mungkin belum setengah, mungkin nanti kalian para pembaca blogku bisa menambahkan. Sebagai bonus inilah foto narsis kami dengan adik saya yang mendapat foto yang menarik dan saya yang ahli foto dari belakang. Akhir kata sampai jumpa lagi He he he
Hahahahahahaha...
BalasHapusMakasi buat kakak saya. Karna sudah mau keliling2 di danau Batur dengan saya sendiri. Tapi sungguh... Danau Batur dengan udaranya yang masih sangat sejuk, airnya yang jernih. Bisa menjadi salah satu destinasi wisata untuk melepas penat.
Good job Mbok...
Yuhuuuuu....perjalanan yang bagus, sampai pas nulis di blog tulisannya ngalir dengan sendirinya.
Hapus