Sabtu, 28 Februari 2015

Kau yang ‘aku banget’ berlalu tanpa nama



Yang namanya melihat seseorang yang ‘aku banget’
di tempat umum  berujung  indah
di dalam kenangan


Banyak dari kita pernah bertemu seseorang yang menarik seolah mereka itu adalah Tu orang aku banget. Semua yang ada padanya membuat kita suka ketika pertama kali melihatnya. Tapi apa daya ketika rasa yang tertanam seperkian detik itu hilang seketika ketika kita takut untuk menanyakan nama atau hanya menyapanya saja. Berujung pada kita tidak tahu siap dia  dan terkadang rasa sesal.

Namaku Rani siswa kelas 3 SMA yang super keren jika dilihat dari penilaianku, kalau dari penilaian orang lain aku tidak tahu. Aku cukup percaya diri terhadap diriku sendiri. Tapi rasa percaya diri itu hilang dan berubah jadi rasa takut dan minder ketika aku bertemu dengan seorang lelaki yang ‘aku banget’.
Waktu itu aku bersama teman temanku datang kesuatu tempat wisata belanja dalam bentuk telah berakhirnya ujian nasional yang telah menjadikan kami seperti orang yang kaku selama 3 hari. Membeli yang kami perlukan semasih uang mencukupi untuk membeli barang tersebut. Aku sendiri terpisah dengan teman-temanku. Ketika teman temanku membeli sebuah benda untuk perlengkapannya sehari hari, aku mampir ke toko buku karena hari ini ada buku baru dari pengarang idolaku akan muncul. Yeah... aku sangan gembira mendengarkan hal tersebut.
Sambil memilih buku yang lain untuk dibeli, memilih satu buku dari banyak buku lainnya. Aku berpapasan dengan seorang laki-laki yang saat pandangan pertama membuat jantungku berdegup lebih cepat. Laki laki tinggi jangkung, rambutnyanya yang hitam dan terlihat halus, dia memakai kaca mata menambah point plus kekagumanku terhadap dirinya. Dia juga memakai kemeja lengan panjang dengan celana kain. Sungguh sungguh dia laki laki idamanku. Tidak habis kata kataku menggambarkan betapa kerennya orang yang baru lewat di hadapanku.
Ingin kembali aku melihatnya, tapi dia sudah tidak ada lagi dibelakangku. Kecewa memang tidak dapat melihatnya lagi. Aku menelusuri rak buku selanjutnya untuk mendapatkan buku yang aku inginkan, dan dia yang membuat jantungku berdetak lebih kencang lewat di depanku sambil membaca sebuah buku.
“Dia tampan sekali” gumanku
Aku seperti seorang penguntit yang mengikuti kemana dia melangkah, ketika dia berhenti aku bersembunyi di balik rak buku, takut ketahuan kalau aku mengikutinya. Dia tersenyum ketika membaca buku yang dia bawa, senyuman itu seperti sebuah musim semi ketika cinta bertaburan. Begitu hangat dan manis. Bulu mata lentiknya dan tatapan tajamnya itu membuat hatiku meleleh seperti coklat panas di hari valentine.
Ingin sekali aku melihatnya tepat di depannya, aku berpura pura untuk melihat sebuah buku yang ada di dekatnya, begitu aku mendekat detak ini semakin kuat dan nafasku memburu, aku begitu grogi hanya untuk dekat dengan dia.
“Apa yang harus aku lakukan?” gumanku
Kuhentikan langkahku, aku begitu grogi. Ku senderkan diriku di tembok untuk mengatur nafasku sebelum lebih dekat dengannya.
“Aku harus mengetahui nama orang itu!” batinku
Aku begitu percaya diri tentang kemampuan yang aku miliki, aku juga percaya diri untuk dapat mengenal laki laki yang mempesona itu. Tapi semua itu menghilang, kepercayaan diriku menghilang karena laki laki itu. Ah dia membuatku berantakan dan sangat sangat grogi. Dia melakukannya dengan baik, menjadikanku terbang ke awan dan menjatuhkan lagi ke langit saat aku tahu aku sangat takut berkenalan dengan dia, aku takut untuk ditolak saat berkenalan.
Aku terlalu banyak berfikir dan menyesali diriku sampai aku sadari lelaki yang ‘aku banget’ itu sudah berada di kasir dan menyelesaikan belanjaannya. Aku sempat mengejarnya sampai di kasir untuk memberanikan diriku untuk berkenalan. Tapi seorang petugas kasir menghentikanku.
“Maaf nona anda belum membayar untuk buku yang ada bawa” tegur petugas kasir
Aku refleks untuk berhenti, di lain hal aku harus berkenalan dengan dia dan kenyataannya sekarang aku harus membayar buku yang aku ambil. Aku juga tidak ingin dituduh sebagai pencuri, maka yang aku lakukan terlebih dahulu adalah membayar buku yang aku bawa ditanganku ini.
Menyelesaikan transaksi belanja, aku segera menuju pintu keluar berusaha untuk tidak kehilangan jejaknya. Mencari diantara banyaknya lautan manusia dan luasnya tempat ini. Dimana aku harus mencari orang yang malah belum aku kenal itu. Ku hentakan kakiku ke lantai, aku tidak menemukan jejak lelaki itu. Lesu dan tak bersemangat menyerangku saat itu juga, seakan semesta tak mengijinkanku untuk bertemu dengan dia sekali lagi. Ku sandarkan diriku di tembok mengingat kembali saat aku pertama kali melihatnya semua kenanganku beberapa menit yang lalu tidak berhentinya terulang dipikiranku sampai dering handphone dari temanku menyadarkan aku.
“Hah ya, belum. Tentu saja. Dimana? Baiklah” jawabku singkat
Aku mengikuti saran temanku untuk makan siang di pusat belanja ini, dengan langkah gontai aku menuju tempat pertemuan kami. Tiga perempuan yang merupakan temanku sudah menunggu. Mereka melambaikan tangannya untuk memberi petunjuk. Aku segera menuju meja, dan menghempaskan badanku.
“Hei kau kenapa?” tanya salah seorang temanku yang bernama Ani
“Aku bertemu dengan seseorang yang ‘aku banget’ deh pokoknya” jawabku sambil meletakkan kepalaku di meja
“Lalu?” tanya mereka bertiga berbarengan
Sepertinya teman-temanku antusias mendengar ceritaku. Aku menceritakan semuanya dari awal pertemuan sampai akhir pertemuan yang dramatis.
“Cinta tak terbalas” sambung Ani
“Laki laki tanpa nama” tambah Heni
“Dan dia lewat begitu saja” tutup Yani
“Hei kalian bukannya mendukungku malah mengejekku” marahku sambil menegakkan kepalaku kembali
Dan semesta mendukungku untuk melihatnya kembali, kini laki laki itu duduk di depan meja yang aku tempati. Aku tak berhenti melihatnya aku juga tidak menyadari ekspresiku seperti orang bodoh saat melihatnya.
“Hei ada apa dengan ekspresimu” tanya Heni
“Dia dia dia orangnya, lelaki memakai kemeja dan kaca mata itu!” seruku
Temen-temanku menoleh dan melontarkan pujiannya sama sepertiku.
“Ayo kenalan dengan dia!” pinta Yani
Aku hanya mematung dan sangat malu. Aku hanya bisa malu malu kucing seperti malu malu tapi sebenarnya mau.
“Hei dia melambai ke arah kita, mungkin dia mengenalimu” bisik Yani
Dan benar saja, dia melambai ke arah kami. Matanya beradu dengan mataku. Dia terus melambai seakan dia benar benar ingin memanggilku. Tapi aku masih malu malu untuk menjawab lambainnya, aku benar malu dan jantung ini makin berdetak kencang. Sampai rasa senangku berubah menjadi rasa terpukul. Laki laki itu beranjak dari tempatnya dan menemui seorang perempuan yang sedari tadi melambai kepadanya. Ternyata laki laki itu melambai kepada perempuan itu bukan aku yang duduk di depan mejanya. Tubuhku rasanya lemas menambah lemas ketika tahu ada perempuan yang menantinya di sana. Laki laki itu berlalu tanpa aku ketahui siapa dia. Laki laki itu berlalu tanpa sempat mengucap sepatah katapun kepadanya.
“Sayang sekali, sepertinya dia sudah punya pacara” kata Yani
“Seseorang yang kau temui di tempat umum hanya menjadi sebuah kenangan saja” tambah Heni
Mungkin temanku benar, aku bertemu dengan dia di tempat ini. Dia yang kuanggap sebagai seorang lelaki yang ‘aku banget’ akan menjadi kenangan saja ketika kita tak sempat untuk berkenalan. Rasa suka ini yang aku rasakan hanya menjadi sebuah kenangan tanpa sempat untuk terbalaskan. Berlalu tanpa nama dan menjadi kenangan untuk diriku sendiri.

1 komentar:

  1. DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
    BONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
    BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
    BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
    Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
    Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.biz
    UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
    WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^

    BalasHapus

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...