Sabtu, 25 Oktober 2014

Rindu kepada pagi



Terinspirasi dari  lagu ...
“Yang kurasakan tak mungkin kuingkari, di langit ini terlukis. Seluas yang tak kan terperi, dan kusadari memahami karenamu langit amat indah. Langit Amat Indah- Rida Sita Dewi

“Indah indah alam ku. Teduh teduh hidupku. Katakan ada bunga dihatimu. Katakan ada sinar dikalbumu. Jiwaku Terang di Malam Itu-Vidi Aldiano”

“Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum menyambut datangnya pagi ini. Selamat pagi, Embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini. Selamat pagi, Kicau burung bernyanyi dan kini ku siap tuk jalani hari ini. Kini bergegaslah siapkan dirimu untuk memulai menjalani hari ini. Selamat Pagi-Ran”

Sudah lama untuk tidak berjumpa, . .
Sangat menantikan dimana aku akan bertemu dengan dia, melihat dia dengan keadaannya yang sekarang. Aku hanya bisa membayangkan aku sangat senang akan bertemu dengan dia. 


Disepanjang perjalanan menuju hari dan tempat itu, . .
Disuatu tempat untuk menikmati hari ini, berusaha untuk menikmati segelas es jeruk melepas dahaga disaat cuaca yang terik menerpa.  Kunikmati setiap asam dan manis cairan yang masuk ke tenggorokan ini, terasa menggelitik dan menyegarkan.  Kutatap birunya langit yang cerah yang terkadang terhalangi oleh awan tebal yang berjalan beriringan. Berharap desiran angin akan bertamu dan menyapa di hari yang terik ini.  Semua tergambarkan di minuman yang masam tapi masih terasa manis, menyeimbangkan rasa di hari ini. Ada suasana dan rasa yang sangat bisa kurang bisa untuk dinikmati.
Menjadi sebuah kebiasaan, ketika mendapatkan posisi untuk duduk bersandar, kedua kakiku akan bergerak gerak untuk mendapatkan kenyamanan. Membuka lembar demi lembar buku yang sedang aku baca berharap ada yang menarik. Menikmati tegukan terakhir es jerukku teringat dengan dia yang akan aku temui nanti ditambah lagi dengan desiran angin yang menyapa seolah menyapa.
Menambah kenikmatan tegukan es jeruk yang terakhir ini, berakhir dengan rasa manis dan cuaca yang menyejukkan oleh angin. Kupejamkan mataku untuk menikmati hembusan angin ini, tidak hanya aku, orang lain yang disekitarku juga menikmati sapaan yang tak terlihat namun bisa dirasakan. 


Waktu mentari menyapa, . .
Sinarmu yang terang mulai memasuki mataku, menembuas kaca di sekitar aku tertidur. Kurasakan hangat sang mentari membangunkanku dari tidurku yang lelap ini. Beberapa saudara yang berada disekitarku berteriak untuk meluahkan kegembiraan mereka menyambut pagi ini. Aku mengangkat tanganku, berusaha untuk menghilangkan kekakuan pada tubuhku.
Ketika mentari bersembunyi di balik bukit, muncul berlahan menyinari tanah padang ilalang. Terlihat dengan jelas di arah utara bukit nan hijau, padang ilalang yang tumbuh lebat. Di arah selatan dengan lautnya yang biru, awan yang nampak menambah keindahan di pagi ini.
Alam dengan kekayaan yang dimilikinya, sebuah anugrah dari sang pencipta. Kunikmati setiap lukisan alam yang hidup dan bernyawa. Hijau menyejukkan menghiasi bumi pertiwi, lembayung biru permata sang langit, cantiknya dan hangatnya sang mentari. Tergambarkan sebuah wajah dengan sorot matanya yang teduh, senyuman sehangat mentari di pagi ini dan angin yang mengibaskan helai demi helai rambutnya. Sang mentari seolah menyambut engkau seseorang yang aku rindukan tergambar di sebuah kanvas alam. Daun tumbuh dan berganti dan bunga bunga mekar bersemi seolah menandakan hari telah berganti. Aku yang tadinya hanya merebahkan tubuhku, kini duduk mematung menikmati lukisan seseorang yang aku lukis di kanvas alam yang hidup dan bernyawa. Ini sesuatu yang nyata aku rasakan, seolah kau memang ada di depan mataku dan mengucapkan salam di pagi ini melalui wajahmu yang tergambar kedalam sebuah ciptaan di pagi hari. Aku menikmati perjalananku sembari sesekali melihat sesuatu di luar kaca yang tetap indah.

 Rasa pada tuannya, . .
Berlahan sang surya mulai tenggelam, diakhir senja yang akan berganti malam. Melihat di keramaian diantara lautan manusia yang bersuka cita. Satu persatu kuamati.

Ya rambut itu,...seseorang sedang berbincang dibalik pintu kaca, aku amati berharap dialah orangnya. “Ternyata hanya memiliki bentuk cukuran rambut yang sama, bukan itu orannya”
Warna kemeja dengan lengan panjangnya,..seseorang sedang berlari kecil menuju sebuah ruangan di kejauhan, semoga sekarang tidak salah. “Beberapa orang memakai tipe baju yang sama, tidak tidak dia jarang melipat lengan bajunya, itu bukan gayanya berpakaian. Itu bukan dia”
Suaranya yang lembut,..ada yang berbincang dibelakangku, berharap kini telingaku tidak salah. Cara berbicara orang dibelakangku ini memiliki cara yang sama dengan dia. Aku menoleh “Oh...salah seorang yang dia kasihi. Suara yang mengingatkanku akan dia”
Aku terduduk bersama yang lainnya, malam yang semakin larut, sesekali melihat dibeberapa sudut berharap dia ada malam ini dan kudapati dia memang tidak ada hari ini. Kuusap usap mataku yang mulai lelah menahan kantuk berusaha untuk bertahan. Aku sudah tidak tahan, kuangkat tubuhku yang telah nyaman terduduk di kursi ini, kugerakkan kaki untuk berlari kecil menuju tempat untuk membasuh wajahku, berharap rasa kantukku menjauh untuk saat ini. Basuhan pertama sambil menatap wajahku dikaca, terlihat tidak tersampaikan. Basuhan kedua aku melihat wajahku kembali, terlihat melelahkan. Basuhan ketiga terlihat diriku yang rindu akan dia. Aku menghela nafas dan kembali ke tempat dudukku. Kembali menghela nafas untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Kucakupkan kedua tanganku, kupejamkan mataku, dan kurasakan hela nafasku yang tidak beriringan. Kuambil, kutahan, dan kuhembuskan. Hembusan nafasku mengingatkanku kepada pagi yang indah dengan gambaran wajahnya itu sebuah sapaan yang benar kurasakan. Sebuah ucapan dikala itu, sebuah ucapan di pagi hari. Sebuah sapaan pertama di pagi itu, kuartikan sebagai sebuah sapaan

“Hai kita bertemu kembali, apa kabar?, selamat pagi, selamat siang, selamat malam, Sampai bertemu kembali”
Kubuka mataku, menikmati sesuatu dalam keheninganku. Terasa tenang dan sangat gembira, seperti sebuah pesan yang sampai pada tuannnya. Kunikmati kembali malam itu penuh dengan suka cita.

 Sebuah keindahan pagi  yang kunikmati sepanjang hari. Tidak hanya saat ini tapi untuk seterusnya untuk mengawali  hari. Dia yang tergambar dalam keindahan di pagi hari. Berdiri tegak di sebuah teras untuk menikmati rasa hangat yang menerpa wajahku, menghirup aroma dedaunan yang dibasahi embun, kilauan cahaya untuk hari, harapan dan sebuah sapaan dari keindahan sebuah ciptaan. Kuingat kembali pagi yang paling indah itu dan tersenyum kepada langit untuk pagi yang penuh kenangan bersama sebuah harapan dan berguman dalam hati

“Selamat pagi,..apa kabarmu disana?”





1 komentar:

  1. DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
    BONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
    BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
    BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
    Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
    Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.biz
    UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
    WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^

    BalasHapus

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...