Selasa, 16 September 2014

Nuansa Bening

Cerita ini terinspirasi dari bait lagu Nuansa Bening dan The Way You Look at Me
" Tiada yang hebat dan mempesona ketika kau lewat dihadapanku. Pesona diri pertama kujabat jemari tanganmu-Nuansa Bening "
"No one ever saw me like you do. All the things that I could add up too. I never knew just what a smile was worth. But your eyes say everything without a single word. 'Cause there's somethin' in the way you look at me-The Way You Look At Me"


Kembali teringat saat pertama kali bertemu, kau yang berdiri di ambang pintu dengan setia menunggu seorang yang kau hormati. Bagiku waktu itu kau sama sepertinya orang lain, hanya seseorang yang baru aku lihat, tidak ada yang istimewa. Sahabatku yang bercerita tentang dirimu ang merasa bahwa kau adalah orang yang orang yang telah lama hilang dan kini kembali dipertemukan kembali, sahabatku merasakan rasa rindu yang sangat dalam. Dan aku aku hanya menanggapi biasa, seolah tak ada hal yang istimewa.

"Kau lihat orang itu, pertama kali aku lihat. Aku merasakan rasa rindu. Seolah olah kita sudah pernah bertemu dan terpisah untuk waktu yang lama. Apakah kau merasakan hal yang sama teman?" cerita sahabatku
"Seperti itukah yang kau rasakan? Aku tidak merasakan sesuatu yang istimewa seperti yang kau rasakan. Tapi wajahnya sepertinya familiar"
"Iya iya...dia mirip artis korea yang baru kita tonton"
Dan aku hanya menanggapi dengan tertawa, seperti itulah sahabatku itu.

Untuk kedua kalinya, kita bertemu lagi di tempat yang lain dan waktu yang berbeda tetapi tetap dengan sesuatu yang sama aku rasakan sejak pertama kali melihat dia. Dia yang masih tetap sama. Orang lain yang sangat gembira melihat kehadirannya, beramah tamah denganya, tersenyum dan bercerita. Seolah dia menjadi pusatnya waktu itu.  Ternyata yang ku tahu setelah hal tersebut, dia bukan orang yang pendiam dan termasuk orang yang ramah.

Dan kami bertemu lagi untuk yang ketiga kalinya di tempat yang sangat aku rindukan. Tempatku berbagi cerita. 
Ingat sekali waktu itu, aku sedang terduduk diantara keramaian. Kakiku yang tidak bisa aku diamkan karena ada perasaan cemas terhadap sesuatu. Melihat rintik hujan yang tak kunjung reda. Dan dia datang dengan sedikit terburu buru, menjabat tanganku tanda selamat datang untuk pertama kalinya. Tiga kali bertemu dan ini pertama kalinya aku dan dia saling menjabat tangan. Terasa ada sesuatu, dia bukan orang yang biasa adda yang istimewa.
Pernahkah kalian terkena setrum? Contohnya saja saat itu sedang mengantuk, secara tidak sengaja kita disetrum hal itu membuat kita sadar dan melek, seperti itulah yang aku rasakan saat pertama kali menjabat tangannya. Aku tersadar dari lamunanku, sesuatu yang berbeda mendatangiku, degup jantungku berdetak lebih kencang dari saat sebelumnya. Senyum hangat yang dia lontarkan terasa beban yang ada dipundakku sedikit cemburu melihatnya dan pergi untuk sementara waktu. Hangat, Nyaman, dan Indah.
Ku coba untuk menyusun kata kata di dalam otakku dan membangunkan diriku dari hal yang kualami untuk sepersekain menit itu dan mencoba untuk menggambarkan kedalam sebuah kata kata, tapi dia sudah menghilang dari hadapanku, dan bola mataku itu selalu mengikutinya kemanapun dia berlalu. Ku condongkan badanku ke depan untuk melihatnya diantara keramaian. Dia yang menjadi istimewa sejak saat itu.


Saat itu , di tempat itu merupakan sesutu yang tepat. Waktu yang tepat untuk bertemu, dan tempat yang tepat untuk bertemu. Mata yang selalu melihat ke arah mana dia akan pergi seolah tidak mau untuk berpisah. Ada yang menarik dari sebuah pancaran diri. Sesuatu yang mungkin bagi orang lain itu adalah hal ang wajar tapi bagiku itu adalah hal yang mengasyikkan. Dulunya yang biasa dan tidak ada banyak diskripsi, sekarang menjadi sesuatu yang indah untuk diperhatikan. Lihat saja rambutnya hitam, tebal, berkilau dan sepertinya halus dari cara desiran angin menerpa rambutnya yang indah. Untuk beberapa perempuan mungkin akan iri melihat rambutnya termasuk juga aku sendiri. Bagaimana dia bisa mempunyai rambut seindah itu?
Berjabat tangan yang sangat singkat itu, membentuk sebuah kenangan manis yang belum hilang. Melihatnya seperti menatap nuansa nuansa bening. Sebuah bunga telah tumbuh dihati ini, dijaga dan dirawat oleh sebuah perasaan yang datang tanpa sebab. Nuansa bening yang kulihat dan yang kurasakan saat aku melihatnya. Melihatnya dari jauh cara yang bisa aku lakukan saat itu. Melihat senyumnya yang hangat dan menyejukkan sesekali membuatku tersenyum sendiri. Sesekali aku pernah mendengar tutur katanya yang lembut dan terkadang jahil membuatku rindu untuk ingin mendengarnya lagi, lagi dan lagi.  

" Hei apa yang kau lihat? serius sekali " tanya sahabatku
" Hemm perhatikan saja siapa yang aku lihat" jawabku sekenanya
"Aha... ayo dong cerita" rayu sahabatku

Kepada sahabatku, aku berceerita tentang dia. Bercerita tentang sesuatu yang indah tentang dia, sesuatu yang ku rasakan tentang dia dan bercerita tentang perumpamaan dia yang seorang putra mahkota dan aku seorang rakyat biasa. Tanggapan sahabatku tentang perumpamaan itu adalah...

"Haisss berlebihan sekali, memangnya kamu hidup dalam perumpamaan? rasakan saja bagaimana seharusnya" tambah sahabatku

Ketika setumpuk file foto terambil oleh kameraku, beberapa momen yang kuambil adalah tentang dia  Menghitung semua kenangan diasaat waktu dan tempat yang bersama dengan dia. Dan sahabatku yang lain menemukaan perasaanku di beberapa fotoku tentang dia.

"Ada yang aneh dengan foto yang kau ambil" komentar sahabatku
Aku hanya tersenyum mendengar komentarnya.

Mencuri pandangan sesuatu yang sering aku lakukan kepada dia. Entah kenapa aku masih malu untuk bertatapan langsung dengannya. Mungkin karena sering aku mencuri pandang, dia merasa dan berbalik melihatku atau saat dia berbalik melihatku hanya sebuah perasaan yang berlebihan dari rasa yang ingin aku rasakan. 
Di sebuah keramaian di tempat itu, berusaha untuk menembus keramaian untuk mengejar sahabatku yang lepas dari genggamanku, sayup sayup aku melihat dia berdiri searah denganku, aku mengenal sorot matanya, aku mengenal kilau rambutnya. Dan memang benar itu memang dia, berdiri di hadapanku diantara keramaain yang memisahkan. Mata kami beradu, tubuhku mematung seolah mencerna apa yang sedang terjadi. Aku tidak dapat memalingkan wajahku dari sorot matanya.pun pernah memandangku seperti apa yang dia lakukan. Dia tersenyum kepadaku, hal yang bisa kupahi betapa berharganya sebuah senyuman. Tanpa ada sepatah katapan diantara kami. Namun matamu mengatakan segalanya tanpa sepatahpun kata. Ada sesuatu dari caramu memandangku. Yang membuatku percaya bahwa didunia ini aku bisa menjadi apa saja. Aku tidak tahu maksud tatapanmu, namun ada sesuatu dalam caramu memandangku. Dan sama sepertiku memandangmu ada sesuatu dalam caraku memandangmu. 
Jika saat itu aku bisa menghentikan waktu, akan aku hentikan detak jam yang akan aku hentikan adalah saat kau memandangku. Nyaman, hangat dan indah.....

Kembali pulang dengan perasaan damai. Saat kami bertemu kembali, menatapnya dan tersenyum, didalam hatiku aku berguman "Hai kamu, lama tidak bejumpa. Bagaimana kabarmu?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Buku : Perpustakaan Tengah Malam

Judul               : Perpustakaan Tengah Malam Pengarang     : Matt Haig Halaman        : 368 halaman          Satu-satunya cara untuk bel...